Kamis, 25 Juni 2015

bimbingan konseling

Makalah Bimbingan Konseling
Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar
Dosen Pengampu H. Ali Mansyur S.Ag.M.Pdi



























Oleh :

Rohmanu Muhammad


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)IBRAHIMY GENTENG
GENTENG – BANYUWANGI
TAHUN 2014/2015



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan NikmatNya kepada kita, Syukur Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini kami beri judul Motivasi Belajar dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana masuknya islam di Indonesia yang sebenarnya
Shalawat serta salam semoga tercurahkan pada junjungan Nabi kita Muhammad SAW.Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan syafa’at kelak di hari kiamat.
Selanjutnya Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bpk H. Ali Mansyur S. Ag. Mpdi. Selaku dosen pengajar mata kuliah Bimbingan Konseling yang telah membimbingkami, serta kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini hingga selesai.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis umumnya dan khususnya bagi pembaca.

Genteng, 31 Desember 2014
                                                                             Penulis

Rohmanu Muhammad
 
  
   



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Belajar merupakan inti dari pendidikan. Tanpa belajar  tidak akan ada pendidikan. Karen belajar adalah proses untuk berubah dan berkembang. Setiap manusia sepanjang hiduonya baik sadar maupun tidak sadar harus selalu belajar. Karena hanya dengan belajar manusia dapat bertahan dalam persaingan hidup di dunia ini.
Dalam pendidikan formal dan non-formal proses belajar menajdi tanggung jawab pengajar di dalam kelas. Dalam proses belajar peserta didik tidak jarang ditemukan kendala-kendala dalam belajar. Salah satunya yang paling sering dijumpai adalah jenuh. Peserta didik seringkali merasakan kejenuhan dengan berbagai faktor penyebab, seperti mata pelajaran yang tidak disukai, guru yang tidak disukai, metode yang digunakan pendidik dan masih banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.
Jika tidak diatasi, kejenuhan ini dapat menjadi penyebab turunnya prestasi peserta didik dan membuat tujuan belajar tidak tercapai. Untuk itu, sebagai seorang pendidik kita harus tahu dan menguasai cara mengatasi kejenuhan peserta didik dalam belajar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Makna Kesulitan Belajar?
2.      Apa Karakteristik Anak yang Kesulitan Belajar?
3.      Apa Faktor Penyebab Kesulitan Belajar?
4.      Bagaimana Cara Mengatasi Kesulitan Belajar?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Makna Kejenuhan Belajar
Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Secara harfiah, kejenuhan belajar berasal dari dua kata yaiut “kejenuhan” dan “belajar”. adalah “padat atau penuh sehingga tidak mampu memuat lagi”, Selain itu, jenuh juga dapat berarti “jemu” atau “bosan”.[1]


Dalam belajar, disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau atau plateau (baca: pletou) saja. Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan usahanya. Jadi kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar tetapi tidak mendatangkan hasil.[2]
Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja, misalnya seminggu. Namun tidak sedikit siswa yang mengalami rentang waktu yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam satu periode belajar tertentu.
Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan “jalan di tempat”. Apabila kemajuan belajar yang jalan ditempat ini kita gambarkan dalam bentuk kurva, yang akan tampak adalah garis mendatar yang lazim disebut plateau. Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai pada tingkat keterampilan berikutnya.


B.     Karakteristik Anak Yang Kesulitan Belajar
1.      Mengalami kekurangan dalam memori visual dan auditoris, kekurangan dalam memori jangka pendek dan jangka panjang;
2.      Memiliki masalah dalam mengingat data seperti mengingat hari-hari dalam seminggu;
3.      Memiliki masalah dalam mengenal arah kiri dan kanan;
4.      Memiliki kekurangan dalam memahami waktu;
5.      Jika diminta menggambar orang sering tidak lengkap;
6.      Miskin dalam mengeja;
7.      Sulit dalam meninterpretasikan globe, peta, atau grafik;
8.      Kekurangan dalam koordinasi dan keseimbangan;
9.      Kesulitan dalam belajar berhitung; dan
10.  Kesulitan dalam belajar bahasa asing.

Pada dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas di mata orang tuanya dalam kehidupannya yaitu:

1)      Out of Law / Tidak taat aturan (seperti misalnya, susah belajar, susah menjalankan perintah, dsb)
2)      Bad Habit / Kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan, suka merengek, suka ngambek, dsb.)
3)      Maladjustment / Penyimpangan perilaku
4)      Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertunda

Perlu diketahui juga, awalnya banyak pendapat yang menyatakan keberhasilan anak dan pendidikan anak sangat tergantung pada IQ (intelligence quotient). Namun memasuki dekade 90-an pendapat itu mulai berubah. Daniel Goleman mengungkapkan bahwa keberhasilan anak sangat tergantung pada kecerdasan emosional (emotional intelligence) yang dimiliki. Jadi IQ bukanlah satu satunya yang mempengaruhi keberhasilan anak, masih ada emotional intelligence yang juga perlu diperhatikan.

Ini adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasaan serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasaan, dan mengatur suasana hati. Dari berbagai penjelasan diatas, tentu banyak sekali tugas kita sebagai orangtua dalam mendidik anak kita baik mulai dari masa kecil mereka maupun hingga besar nantinya. Semua adalah tanggung jawab yang mulia, sebagaimana anak adalah karunia dan titipan tuhan kepada kita.

Maka dari itu kita lah yang harus merawat dan memperhatikan perkembangan mereka, dan akhirnya kita pula yang akan tersenyum bahagia melihat perkembangan mereka. Marilah kita memulai belajar mengenali dan mendidik anak mulai dari sekarang.[3]

C.    Faktor-Faktor Penyebab Kejenuhan Dalam Belajar Siswa
Sebetulnya para ahli pun juga memiliki perbedaan-perbedaan dalam menyusun faktor penyebab kesulitan beklajar ini, karena perbadaan pandangan dari mana mereka malihat sejauh mana faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ini. Seperti ungkapan Adi Dwi Gunawan tetapi ia menghubungkannya dengan keberhasilan belajar “Faktor dominan yang menentukan keberhasilan proses belajar adalah dengan mengenal dan memahami bahwa setiap individu adalah unik dengan gaya belajar berbedaantara satu dengan yang lain, tidak ada gaya belajar yang lebih unggul dari gaya belajar lainnya.[4]
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab kesulitan belajar terdiri atas dua maca, yaitu:
1.      Faktor Intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam siswa itu sendiri.
2.      Faktor Ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.[5]

Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan kosolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tinkat keterampilan berikutnya.[6]
Selain itu kejenuhan juga dapat terjadi karna proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniyahnya karena bosan (boring) dan keletihan (fatigue). Namun penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan. Menurut Cross (1974) dalam bukunya The Psychology of Learning, keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam yakni:
1.      keletihan indera siswa;
2.      keletihan fisik siswa;
3.      keletihan mental siswa.

Keletihan fisik dan keletihan indera dalam hal ini mata dan telinga pada umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah siswa beristirahat cukup terutama tidur nyenyak dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup bergizi. Sebaliknya, keletihan mental tak dapat diatasi dengan cara yang sederhana cara mengatasi keletihan-keletihan lainnya. Apakah yang menyebab kan siswa mengalami keletihan mental (mental fantigue)? setidak nya ada empa factor penyebab keletihan mental siswa yakni :
1.      Karena kecemasan siswa terhadap dampak negative yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri.
  1. Karena kecemasan siswa terhadap standar / patokan keberhasilan bidang bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari bidang bidang studi tadi.
  2. Karena siswa berada di tengah tengah situasi kompetitif yang ketat dan menurut lebih banyak kerja intelek yang berat.
  3. Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri (self imposed ).[7]

D.    Cara mengatasi kejenuhan belajar pada peserta didik

Kesulitan belajar merupakan masalah yang sering dihadapi oleh para mahasiswa, tetapi para mahasiswa tidak memperdulikan hal semacam ini. Untuk sempel pertama adapun kesulitan belajarnya adalah kurangnya konsentrasi.[8]
Selanjutnya, keletihan mental yang menyebabkan munculnya kejenuhan belajar itu lazimnya dapat diatasi dengan menggunakan kiat kiat antara lain sebagai berikut :
  1. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
  2. pengubahan dan penjadwalan kembali jam jam di hari hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
  3. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa ada disebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
  4. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya.
  5. Siswa harus berbuat nyata (tidak  menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.
Disamping siswa wajib memerangi kejenuhan, guru mempunyai peranan penting dalam pendidikan, Oleh karena itu guru dapat melakukan kiat-kiat berikut jika peserta didiknya mulai terjangkit kejenuhan:
1.      Jika siswa mulai kelihatan jenuh, ajaklah peserta didik kita untuk bermain sebentar, contohnya siswa diberi kebebasan membuat yel-yel, tepuk-tepuk  yang menurut mereka bisa menumbuhkan semangat belajar(3menit yel-yel diucapkan bersama)
  1. Sebelum pelajaran inti guru mengajak siswa dalam sebuah permainan yang berguna untuk memusatkan konsentrasi anak, contohnya guru menyebut gajah siswa mempraktekkan dengan gerakan dan ucapan kecil, ketika guru menyebut semut siswa merespon dengan gerakan dan ucapan besar. Hal itu bisa dicontohkan ke benda-benda lain.
  2. Mengajak siswa dalam suasana berbeda contoh guru tidak hanya monoton mengajar didalam kelas tetapi diluar kelaspun jadi asal siswa diajak untuk tetap bertanggungjawab & tetap komitmen belajar.
  3.  Siswa diberi tanggung jawab untuk melakukan menjelaskan materi yang sebelumnya dibuat tugas kelompok dan teman lainnya diajak untuk menilainya. Guru harus bisa mengarahkan dan mendorong sisiwa itu untuk lebih kreatif
  4.  Siswa diberi tanggung jawab untuk membuat soal sendiri dan diserahkan kepada gurunya, kemudian guru menyortir dan menggunakannya sebagai ulangan harian. Dari hasil evaluasi tersebut guru memberi nilai 80 kepada siswa yang pintar untuk mencapai nilai 100, siswa tersebut diberitanggung jawab untuk mengajari temannya yang nilainya kurang. Guru membimbing dan mengawasinya.[9]

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kejenuhan adalah suatu hal yang dapat terjadi pada siapapun termasuk siswa. Sebagai seorang pengajar kita harus mengetahui faktor-faktor penyebab kejenuhan yang melanda peserta didik dan berusaha mengatasi kejenuhan tersebut. Salah satunya dengan memberikan suasana yang tidak membosankan dalam pemebelajaran serta menggunakan metode yang menyenangkan bagi siswa.















DAFTAR PUSTAKA


Adi W Gunawan, Born To Be Genius, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utam, 2003),    h. 86.
Chaplin, 1972
F. Mangunsong, Psikologi dan pendidikan Anak Luar Biasa, (Depok: LPSP3,        1998), h. 120
Fathan Fantastic dan Dinda Deniz, bikin Belajar Selezat Coklat, (Yogyakarta;        Boooks magz, 2009)h. 105
Hargrove dan Poteet . 1984, h.164.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995. H. 411.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2004), h. 182-184.       Reber, h. 1988.





[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1995. H. 411.
[2] Reber, h. 1988.
[3] Hargrove dan Poteet . 1984, h.164.
[4] Adi W Gunawan, Born To Be Genius, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utam, 2003), h. 86.
[5] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2004), h. 182-184.
[6] Chaplin, 1972

[7] F. Mangunsong, Psikologi dan pendidikan Anak Luar Biasa, (Depok: LPSP3, 1998), h. 120

[8] Fathan Fantastic dan Dinda Deniz, bikin Belajar Selezat Coklat, (Yogyakarta; Boooks magz, 2009)h. 105

Tidak ada komentar:

Posting Komentar