Makalah Bimbingan Konseling
Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar
Dosen Pengampu H. Ali Mansyur
S.Ag.M.Pdi
Oleh :
Rohmanu Muhammad
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
(STAI)IBRAHIMY GENTENG
GENTENG – BANYUWANGI
TAHUN 2014/2015
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan
NikmatNya kepada kita, Syukur Alhamdulillah
kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini kami
beri judul “Motivasi Belajar” dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana masuknya islam di Indonesia yang sebenarnya
Shalawat serta salam semoga tercurahkan pada junjungan Nabi kita
Muhammad SAW.Karena beliau adalah
salah satu figur umat yang mampu memberikan syafa’at kelak di hari kiamat.
Selanjutnya Kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada Bpk H.
Ali Mansyur S. Ag. Mpdi. Selaku dosen pengajar mata
kuliah Bimbingan
Konseling yang telah membimbingkami, serta kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini hingga
selesai.
Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis umumnya dan khususnya bagi pembaca.
Genteng, 31
Desember 2014
Penulis
Rohmanu
Muhammad
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Belajar
merupakan inti dari pendidikan. Tanpa belajar tidak akan ada pendidikan.
Karen belajar adalah proses untuk berubah dan berkembang. Setiap manusia
sepanjang hiduonya baik sadar maupun tidak sadar harus selalu belajar. Karena
hanya dengan belajar manusia dapat bertahan dalam persaingan hidup di dunia
ini.
Dalam
pendidikan formal dan non-formal proses belajar menajdi tanggung jawab pengajar
di dalam kelas. Dalam proses belajar peserta didik tidak jarang ditemukan
kendala-kendala dalam belajar. Salah satunya yang paling sering dijumpai adalah
jenuh. Peserta didik seringkali merasakan kejenuhan dengan berbagai faktor
penyebab, seperti mata pelajaran yang tidak disukai, guru yang tidak disukai,
metode yang digunakan pendidik dan masih banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.
Jika
tidak diatasi, kejenuhan ini dapat menjadi penyebab turunnya prestasi peserta
didik dan membuat tujuan belajar tidak tercapai. Untuk itu, sebagai seorang
pendidik kita harus tahu dan menguasai cara mengatasi kejenuhan peserta didik
dalam belajar.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa Makna Kesulitan Belajar?
2. Apa Karakteristik Anak yang
Kesulitan Belajar?
3. Apa Faktor Penyebab
Kesulitan Belajar?
4. Bagaimana Cara Mengatasi
Kesulitan Belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna
Kejenuhan Belajar
Learning Disorder atau kekacauan belajar
adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya
respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar,
potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau
terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar
yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang
sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya,
mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan
lemah-gemulai.
Learning Disfunction merupakan gejala dimana
proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun
sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan
alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki
postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley,
namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat
menguasai permainan volley dengan baik.
Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki
tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan
menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun
prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam
proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan
sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
Learning Disabilities atau ketidakmampuan
belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari
belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Secara
harfiah, kejenuhan belajar berasal dari dua kata yaiut “kejenuhan” dan
“belajar”. adalah “padat atau penuh sehingga tidak mampu memuat lagi”, Selain
itu, jenuh juga dapat berarti “jemu” atau “bosan”.[1]
Dalam belajar, disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim disebut learning plateau atau plateau (baca: pletou) saja. Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar (kejenuhan belajar) dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan usahanya. Jadi kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar tetapi tidak mendatangkan hasil.[2]
Seorang siswa yang
mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang
diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil belajar
ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu
saja, misalnya seminggu. Namun tidak sedikit siswa yang mengalami rentang waktu
yang membawa kejenuhan itu berkali-kali dalam satu periode belajar tertentu.
Seorang siswa yang sedang
dalam keadaan jenuh sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang
diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga
kemajuan belajarnya seakan-akan “jalan di tempat”. Apabila kemajuan belajar
yang jalan ditempat ini kita gambarkan dalam bentuk kurva, yang akan tampak
adalah garis mendatar yang lazim disebut plateau. Kejenuhan belajar dapat
melanda seorang siswa yang kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu
tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai pada tingkat keterampilan
berikutnya.
B.
Karakteristik Anak Yang
Kesulitan Belajar
1.
Mengalami kekurangan dalam memori visual dan
auditoris, kekurangan dalam memori jangka pendek dan jangka panjang;
2.
Memiliki masalah dalam mengingat data seperti
mengingat hari-hari dalam seminggu;
3.
Memiliki masalah dalam mengenal arah kiri dan kanan;
4.
Memiliki kekurangan dalam memahami waktu;
5.
Jika diminta menggambar orang sering tidak lengkap;
6.
Miskin dalam mengeja;
7.
Sulit dalam meninterpretasikan globe, peta, atau
grafik;
8.
Kekurangan dalam koordinasi dan keseimbangan;
9.
Kesulitan dalam belajar berhitung; dan
10.
Kesulitan dalam belajar bahasa asing.
Pada
dasarnya seorang anak memiliki 4 masalah besar yang tampak jelas di mata orang
tuanya dalam kehidupannya yaitu:
1)
Out of Law / Tidak taat aturan (seperti misalnya,
susah belajar, susah menjalankan perintah, dsb)
2)
Bad Habit / Kebiasaan jelek (misalnya, suka jajan,
suka merengek, suka ngambek, dsb.)
3)
Maladjustment / Penyimpangan perilaku
4)
Pause Playing Delay / Masa bermain yang tertunda
Perlu
diketahui juga, awalnya banyak pendapat yang menyatakan keberhasilan anak dan
pendidikan anak sangat tergantung pada IQ (intelligence quotient). Namun
memasuki dekade 90-an pendapat itu mulai berubah. Daniel Goleman mengungkapkan
bahwa keberhasilan anak sangat tergantung pada kecerdasan emosional (emotional
intelligence) yang dimiliki. Jadi IQ bukanlah satu satunya yang mempengaruhi
keberhasilan anak, masih ada emotional intelligence yang juga perlu
diperhatikan.
Ini
adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi, ketahanan
dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasaan serta
mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat
menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasaan, dan mengatur
suasana hati. Dari berbagai penjelasan diatas, tentu banyak sekali tugas kita
sebagai orangtua dalam mendidik anak kita baik mulai dari masa kecil mereka
maupun hingga besar nantinya. Semua adalah tanggung jawab yang mulia,
sebagaimana anak adalah karunia dan titipan tuhan kepada kita.
Maka dari
itu kita lah yang harus merawat dan memperhatikan perkembangan mereka, dan
akhirnya kita pula yang akan tersenyum bahagia melihat perkembangan mereka.
Marilah kita memulai belajar mengenali dan mendidik anak mulai dari sekarang.[3]
C.
Faktor-Faktor Penyebab
Kejenuhan Dalam Belajar Siswa
Sebetulnya
para ahli pun juga memiliki perbedaan-perbedaan dalam menyusun faktor penyebab
kesulitan beklajar ini, karena perbadaan pandangan dari mana mereka malihat
sejauh mana faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ini. Seperti ungkapan
Adi Dwi Gunawan tetapi ia menghubungkannya dengan keberhasilan belajar “Faktor
dominan yang menentukan keberhasilan proses belajar adalah dengan mengenal dan
memahami bahwa setiap individu adalah unik dengan gaya belajar berbedaantara
satu dengan yang lain, tidak ada gaya belajar yang lebih unggul dari gaya
belajar lainnya.[4]
Secara
garis besar, faktor-faktor penyebab kesulitan belajar terdiri atas dua maca,
yaitu:
1.
Faktor Intern siswa, yakni hal-hal atau
keadaan-keadaan yang muncul dari dalam siswa itu sendiri.
Kejenuhan
belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan
kosolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu
sampai pada tinkat keterampilan berikutnya.[6]
Selain
itu kejenuhan juga dapat terjadi karna proses belajar siswa telah sampai pada
batas kemampuan jasmaniyahnya karena bosan (boring) dan keletihan (fatigue).
Namun penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa,
karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa
yang bersangkutan. Menurut Cross (1974) dalam bukunya The Psychology of
Learning, keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam yakni:
1. keletihan indera siswa;
2. keletihan fisik siswa;
3. keletihan mental siswa.
Keletihan
fisik dan keletihan indera dalam hal ini mata dan telinga pada umumnya dapat
dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah siswa beristirahat cukup
terutama tidur nyenyak dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang cukup bergizi.
Sebaliknya, keletihan mental tak dapat diatasi dengan cara yang sederhana cara
mengatasi keletihan-keletihan lainnya. Apakah yang menyebab kan siswa mengalami
keletihan mental (mental fantigue)? setidak nya ada empa factor penyebab
keletihan mental siswa yakni :
1. Karena kecemasan siswa
terhadap dampak negative yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri.
- Karena kecemasan siswa terhadap standar / patokan keberhasilan bidang bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari bidang bidang studi tadi.
- Karena siswa berada di tengah tengah situasi kompetitif yang ketat dan menurut lebih banyak kerja intelek yang berat.
- Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri (self imposed ).[7]
D.
Cara mengatasi kejenuhan
belajar pada peserta didik
Kesulitan
belajar merupakan masalah yang sering dihadapi oleh para mahasiswa, tetapi para
mahasiswa tidak memperdulikan hal semacam ini. Untuk sempel pertama adapun
kesulitan belajarnya adalah kurangnya konsentrasi.[8]
Selanjutnya,
keletihan mental yang menyebabkan munculnya kejenuhan belajar itu lazimnya
dapat diatasi dengan menggunakan kiat kiat antara lain sebagai berikut :
- Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
- pengubahan dan penjadwalan kembali jam jam di hari hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat.
- Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa ada disebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
- Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya.
- Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.
Disamping
siswa wajib memerangi kejenuhan, guru mempunyai peranan penting dalam
pendidikan, Oleh karena itu guru dapat melakukan kiat-kiat berikut jika peserta
didiknya mulai terjangkit kejenuhan:
1.
Jika siswa mulai kelihatan jenuh, ajaklah peserta
didik kita untuk bermain sebentar, contohnya siswa diberi kebebasan membuat
yel-yel, tepuk-tepuk yang menurut mereka bisa menumbuhkan semangat
belajar(3menit yel-yel diucapkan bersama)
- Sebelum pelajaran inti guru mengajak siswa dalam sebuah permainan yang berguna untuk memusatkan konsentrasi anak, contohnya guru menyebut gajah siswa mempraktekkan dengan gerakan dan ucapan kecil, ketika guru menyebut semut siswa merespon dengan gerakan dan ucapan besar. Hal itu bisa dicontohkan ke benda-benda lain.
- Mengajak siswa dalam suasana berbeda contoh guru tidak hanya monoton mengajar didalam kelas tetapi diluar kelaspun jadi asal siswa diajak untuk tetap bertanggungjawab & tetap komitmen belajar.
- Siswa diberi tanggung jawab untuk melakukan menjelaskan materi yang sebelumnya dibuat tugas kelompok dan teman lainnya diajak untuk menilainya. Guru harus bisa mengarahkan dan mendorong sisiwa itu untuk lebih kreatif
- Siswa diberi tanggung jawab untuk membuat soal sendiri dan diserahkan kepada gurunya, kemudian guru menyortir dan menggunakannya sebagai ulangan harian. Dari hasil evaluasi tersebut guru memberi nilai 80 kepada siswa yang pintar untuk mencapai nilai 100, siswa tersebut diberitanggung jawab untuk mengajari temannya yang nilainya kurang. Guru membimbing dan mengawasinya.[9]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejenuhan adalah suatu hal yang dapat terjadi pada
siapapun termasuk siswa. Sebagai seorang pengajar kita harus mengetahui
faktor-faktor penyebab kejenuhan yang melanda peserta didik dan berusaha
mengatasi kejenuhan tersebut. Salah satunya dengan memberikan suasana yang
tidak membosankan dalam pemebelajaran serta menggunakan metode yang
menyenangkan bagi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Adi W Gunawan, Born To Be
Genius, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utam, 2003), h.
86.
Chaplin, 1972
F. Mangunsong, Psikologi
dan pendidikan Anak Luar Biasa, (Depok: LPSP3, 1998),
h. 120
Fathan Fantastic dan Dinda
Deniz, bikin Belajar Selezat Coklat, (Yogyakarta; Boooks magz, 2009)h. 105
Hargrove dan Poteet . 1984,
h.164.
Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1995. H. 411.
Muhibbin Syah, Psikologi
Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2004), h. 182-184. Reber, h. 1988.
[8] Fathan Fantastic dan Dinda Deniz, bikin Belajar
Selezat Coklat, (Yogyakarta; Boooks magz, 2009)h. 105
Tidak ada komentar:
Posting Komentar